Banner IDwebhost

Sunday, January 31, 2016

Makna Filosofi Air Dalam Kehidupan Manusia

| Sunday, January 31, 2016
Mas Shioo - Seperti yang kita ketahui air mengalir dan bergelombang dengan tenang. Menjadi sumber kehidupan bagi kita semua. akan tetapi kita harus hati-hati dengan air, sebab jika air dibendung, ia mampu meratakan apapun yang dilewatinya, baik itu kampung, kota, bahkan kita sendiri sebagai manusia.

Air itu fleksibel di segala medan lokasi. Dia tidak pernah takut di keadaan apapun, dinamis. Air itu kuat. Sekeras-kerasnya batu akan rusak oleh tetesan air. Dirubah dalam bentuk apapun, air tidak akan hilang. Misalnya dipanaskan akan menjadi uap tapi zatnya tidak hilang, didinginkan akan membeku tapi zatnya tidak akan hilang juga. 

Secara ilmiah, Hawking 1997 –fisikawan Amerika-- menyebut bahwa air adalah hidup yang bertipikal anomaly. Air memiliki anomali khusus dan hampir berbeda dengan ciptaan Tuhan lainnya. Proses pembekuan dan pencarian air demikian ritmik dan menjamin kehidupan apapun di sekitarnya. Menjadi apapun itu air, ia tetap memberi jaminan ketentraman bagi kehidupan.

Air, mengutif Moch. Hatta, tentu bukan gincu atau liftstik. Sebab pewarna (hijau, kuning, merah, hitam atau ungu) justru minta dilarutkan oleh air. Tanpa air, warna apapun tidak akan pernah menjadi sebuah keindahan. Fungsi warna-warna tadi, akan terjadi justru di saat air berkenan digunakan. Itulah mungkin kenapa, Thales –filosof Yunani abad ke 7 Sebelum Masehi menyebut air sebagai asas kehidupan.

Arti Filosofi Air

Ada tiga filosofi air yang amat mulia dan analog dengan perilaku manusia :

Pertama :
air selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. 

Tuhan menciptakan air agar manusia bisa mengambil pelajaran darinya. Sifat air yang selalu mengalir ke tempat rendah analog dengan sikap rendah hati pada manusia. Air selalu ingin berguna bagi makhluk hidup yang ada di bawahnya. Ibarat pemimpin, air adalah pemimpin yang melayani. Jika ia berada di posisi teratas, maka ia akan menjadi pelayan bagi orang-orang yang membutuhkan di bawahnya. Apalagi air identik dengan sumber kehidupan. Maka tidak salah jika sifat pertama ini dianalogikan dengan pemimpin yang melayani. Pemimpin yang melayani adalah sumber kesejahteraan bagi masyarakat yang ia pimpin.


Kedua
air selalu mengisi ruang-ruang yang kosong.

Manusia yang baik adalah manusia yang berusaha mengisi kekosongan hati dari manusia lainnya. Dengan meniru sifat air, kita seharusnya bisa menjadi penolong bagi manusia lainnya yang sedang bermasalah atau kekurangan. Tentu, jika sifat air yang kedua ini benar-benar kita teladani, kita selalu memiliki waktu untuk melengkapi kehidupan manusia lainnya. Artinya, kita menjadi manusia yang senang menolong dan suka berbagi. Karena sebenarnya, batin kita terisi setelah memenuhi kekurangan dari saudara kita.

Ketiga
air selalu mengalir ke muara.

Tak peduli seberapa jauh jaraknya dari muara, air pasti akan tiba di sana. Sebenarnya saya tidak setuju dengan orang yang menggunakan pepatah “hiduplah mengalir seperti air” untuk menguatkan gaya hidup yang tidak punya arah dan serampangan. Justru sebenarnya dengan kita meniru air yang mengalir, kita seharusnya punya visi kehidupan. Hal utama yang patut diteladani dari perjalanan air menuju muara adalah sikapnya yang konsisten. Bayangkan, ada berapa banyak hambatan yang dilalui oleh air gunung untuk mencapai muara? Mungkin ia akan singgah di sungai, tertahan karena batu, kemudian bisa saja masuk ke selokan. Tapi toh akhirnya ia tetap mengalir dan tiba di muaranya. Waktu tempuh air untuk sampai ke muara sangat bervariasi. Ada yang hanya beberapa hari, tapi ada juga yang beberapa minggu. Patut diingat, hal terpenting bukanlah waktu tempuh yang akan dilalui, tapi seberapa besar keyakinan untuk menuju muara atau visi atau impian yang akan kita gapai. 
Sumber: Kompasiana
loading...

Related Posts

No comments:

Post a Comment