Banner IDwebhost

Sunday, May 24, 2015

Sifat Unggul Pemimpin Menurut Filosofi Jawa Hasta Brata

| Sunday, May 24, 2015
Masshioo.blogspot.com - Dalam khasanah budaya Jawa kuno, sedikitnya ada empat ajaran filsafat kepemimpinan. Keempat ajaran tersebut adalah; Ilmu Hasta Brata, Wulang Reh,Tripama, dan Dasa Darma Raja. Ulasan mendalam tentang keempat ajaran tersebut dapat dibaca antara lain dalam buku yang ditulis oleh Pardi Suratno berjudul “Sang Pemimpin”. Dari keempat ajaran tersebut, Hasta Brata merupakan yang (relatif) paling lengkap dan sangat ideal sehingga menarik untuk dikaji menggunakan pendekatan konteks kekinian (kontemporer).

Konsep hasthabrata muncul dalam cerita pewayangan Jawa dengan lakon 'Iwahyu Makutharama' yang mengisahkan tentang pemberian wejangan (fatwa) seorang Pandita bernama Wiswamitra yang ditujukan kepada Sri Rama yang akan dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahandanya.

Konon, ajaran hasthabrata tersebut selalu dipedomani untuk dijadikan fatwa terhadap putra mahkota yang akan dinobatkan menjadi raja-raja Jawa. HASTHABRATA terdiri dari kata hastha yang berarti DELAPAN dan kata brata yang berarti SIFAT BAIK. Dalam beberapa literatur juga disebutkan bahwa delapan sifat alam ini mewakili simbol kearifan dan kebesaran Sang Pencipta, yaitu; sifat Bumi, sifat Matahari, sifat Bulan, sifat Samudra, sifat Bintang, sifat Angin, sifat Api, dan sifat Air.

Berikut Delapan Sifat Unggul Pemimpin Sejati :
  1. Brata yang pertama adalah "Surya" yang berarti matahari. Sifat menerangi yang dimiliki oleh matahari dalam bahasa jawa dimaknai sebagai 'gawe pepadang marang ruwet rentenging liyan' yang berarti harus mampu membantu mengatasi kesulitan atau memecahkan problem-problem yang dihadapi oleh anak buahnya.
  2. Brata yang kedua adalah "Bawana" yang berarti bumi. Bumi diibaratkan sebagai ibu pertiwi. Sebagai ibu pertiwi, bumi memiliki peran sebagai ibu, yang memiliki sifat keibuan, yang harus memelihara dan menjadi pengasuh, pemomong, dan pengayom bagi makhluk yang hidup di bumi. Implementasinya adalah kalau sanggup menjadi pemimpin harus mampu mengayomi dan melindungi anak buahnya.
  3. Brata yang ketiga adalah "Candra" yang berarti bulan. Implementasinya bagi pemimpin ialah pemimpin dalam memperlakukan anak buahnya harus dilandasi oleh aspek-aspek sosio-emosional. Pemimpin harus memperhatikan harkat dan mertabat pengikutnya sebagai sesama. Terhadap pengikutnya harus menghormati sebagai sesama manusia. Dalam konsep Jawa hal ini disebut 'nguwongke'.
  4. Brata keempat adalah "Kartika" yang berarti bintang. Bintang dapat menggambarkan dambaan cita-cita, tumpuan harapan, sumber inspirasi. Seorang pemimpin harus memiliki cita-cita yang tinggi, berpandangan jauh kedepan, pemberi arah, sumber inspirasi, dan tumpuan harapan.
  5. Brata yang kelima adalah "Tirta" yang berarti air. Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan siapapun termasuk pengikutnya (adaptif). Air selalu mengalir ke bawah, artinya pemimpin harus memperhatikan potensi, kebutuhan dan kepentingan pengikutnya, bukan mengikuti kebutuhan atasannya.
  6. Brata yang keenam adalah "Maruta", yang berarti angin. Secara alami angin memiliki sifat menyejukkan, angin membuat segar bagi orang yang kepanasan. Angin sifatnya sangat lembut. Seorang pemimpin harus bisa membuat suasana kepemimpinan sejuk, harmonis, dan menyegarkan.
  7. Brata yang ketujuh adalah "Dahana", yang berarti api. Secara alami, api memiliki sifat panas, dan dapat membakar. Seorang pemimpim memiliki sifat pembakar semangat, pengobar semangat, dan memiliki peran sebagai motivator dan inovator bagi pengikutnya.
  8. Brata yang kedelapan adalah "Samodra", yang berarti lautan atau samudra. Pemimpin harus memiliki wawasan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam samudra. Samudra juga bersifat menampung seluruh air dan benda-benda yang mengalir kearah laut. Seorang pemimpin harus memiliki sifat menampung semua kebutuhan, kepentingan, dan isi hati dari pengikutnya, serta pemimpin harus bersifat aspiratif.
Dalam teori kepemimpinan yang lain ada beberapa filsafat lagi yang banyak dipakai, agar setiap pemimpin (Khususnya dari Jawa) memiliki sikap yang tenang dan wibawa agar masyarakatnya dapat hidup tenang dalam menjalankan aktifitasnya seperti falsafah: Ojo gumunan, ojo kagetan lan ojo dumeh.

Maksudnya, sebagai pemimpin janganlah terlalu terheran-heran (gumun) terhadap sesuatu yang baru (walau sebenarnya amat sangat heran), tidak menunjukkan sikap kaget jika ada hal-hal diluar dugaan dan tidak boleh sombong (dumeh) dan aji mumpung sewaktu menjadi seorang pemimpin.Intinya falsafah ini mengajarkan tentang menjaga sikap dan emosi bagi semua orang terutama seorang pemimpin.

Sumber: suara merdeka 
02 Oktober 2013 | 22:40 wib
(Eko Wahyu Budiyanto/CN37)

Tahun 2014 merupakan tahun "politis" bagi Indonesia karena ada Pemilu Presiden. Sebagai rakyat kita harus bijak dalam meilih pemimpin, jangan mudah terkena rayuan gombal dan kesirep janji-janji palsu yang tidak jelas tahapan pencapaian, sekedar konsep indah didengar (orasi) tapi tumpul dalam program aksi atau kesungguhanya.

Dalam ajaran Islam Pemimpin harus adil, jujur, amanah, fatonah. Dibuktikan dia mencintai dan dicintai rakyatnya, mengayomi serta sangat empati. Juga sebagai Pemimpin, itupun hajekatnya sebagai ladang amal shaleh dengan, jika memenuhi 4 syarat:1. Holis, niat yang lurus, lillahi ta'ala,2. Goal, tujuan ahir yang baik,3. Toriqah, cara yang sejalan, sesuai syariah,4. Al Muhajadah, sungguh-sungguh dan istiqomah.
loading...

Related Posts

No comments:

Post a Comment