Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sebuah pohon bisa tumbuh menjadi besar dan kuat diawali dari biji, yang kemudian tumbuh berakar kuat di tanah hingga akhirnya tumbuh rindang/ lebat dengan cabang-cabangnya. Pada akhirnya ada buah yang kembali dihasilkan. Dan nantinya akan jadi tunas-tunas baru. Bila pohon itu sehat, berbuah dan tumbuhnya proposional serta kokoh akan mampu tahan terhadap penyakit, terpaan angin, hujan, atau hal-hal lain berupa ancaman yang datang dari luar. Karena begitu rindangnya pohon itu, akan ada banyak makluk lain yang tinggal di sekeliling pohon itu.
Pohon tumbuh besar dan menjadi kuat karena dimulai dari bawah, yaitu akar. Karena akarlah jadi alat pohon mencari makan untuk kelangsungan hidupnya. Akar berada di bawah mencengkram tanah, karena di sanalah tempat untuk tumbuh. Akarlah sebenarnya sumber kekuatan dari pohon agar tetap bisa tegak. Akar hanyalah organ pendukung pohon menjadi satu organisme tumbuhan. Masih ada organ lain yang menjamin kelangsungan hidup pohon tersebut, jika semuanya berlangsung dengan baik maka tumbuh baiklah ia.
Bila kita mau menebang pohon, andai saja anda menebang batang atau rantingnya atau meranggaskan daun-daunnya namun selama akarnya masih ada di dalam tanah, pohon itu akan punya daya untuk tumbuh kembali, hingga memunculkan ranting, dedaunan baru untuk tumbuh lagi.
Sebuah organisasi atau perusahaan saya analogikan sebagai seperti pohon. Bila ingin mendapatkan sebuah organisasi atau perusahaan yang solid mulailah perkuat akarnya. Akar seperti yang saya bilang adalah salah satu organ-organ penunjang kelangsungan hidup. Akar perusahaan atau organisasi adalah sumber daya manusianya.
Ketika sumber daya manusia dianggap penting sebagai organ-organ di dalam satu organisasi atau perusahaan, saya yakin pasti akan membuat organisasi atau perusahaan mampu tumbuh menjadi kekuatan. Pada nantinya akan memberi manfaat bagi orang lain di sekelilingnya, yaitu masyarakat.
Tetapi yang terjadi organisasi atau perusahaan yang menggunakan atau memahami filosofi pohon ini sangatlah jarang. Kalau pun mereka memahami dan tahu tetapi tidak menerapkannya. Karena yang terjadi adalah efek pemanfaatan saja. Sumber daya manusia ada untuk diperas sampai tidak lagi bisa menghasilkan untuk kemudian dibuang. Memang tidak ekstrim seperti itu, dan mereka pun sudah pasti tidak akan mengakui hal tersebut, karena yang terjadi ya disamarkan. Padahal ketika akar sudah tak lagi dianggap penting, lambat laut pohon itu akan tumbang, apalagi ketika terhempas angin besar, belum lagi tergerogoti hama dari dalam, tinggal tunggu waktu saja maka akan mati. Bila mati atau sampai tumbang, efeknya juga akan merugikan sekeliling dimana pohon itu tumbuh. Sama halnya dengan organisasi atau perusahaan yang tidak mengganggap penting sumber daya manusia sektor terbawah, yang bekerja di bawah untuk kelangsungan hidupnya. Setidaknya inilah yang harus dipahami pemilik atau manajemen.
Memperhatikan karyawannya agar hidup sejahtera adalah kunci awal untuk membangun pola hubungan yang solid. Hingga organ-organ yang ada bisa tumbuh bersama dan kuat bersama, sehingga berbagai tantangan dan ancaman yang datang dari dalam dan luar bisa dihadapi. Janganlah mengabaikan karyawan, karena maju mundurnya sebuah perusahaan ada juga peran dari karyawannya. Semoga bagi perusahaan yang masih menganggap karyawannya sapi perahan lekas sadar dan memulai perubahan, sebelum perubahan itu datang dipaksakan dari luar dan dalam, malah akan membuat efek yang tidak baik. Mari kita mulai belajar dari alam, bahkan dari sebuah pohon dapat memberi pelajaran yang positif.
Belajar Filosofi Hidup Dari Sebatang Pohon
1. Pohon Tidak Makan dari Buahnya Sendiri
Buah adalah hasil dari pohon, dari manakah pohon memperoleh makanan? Pohon memperoleh makanan dari tanah, semakin dalam akarnya berarti akan semakin mudah baginya untuk menyerap nutrisi lebih banyak. Ini berbicara tentang kedekatan hubungan kita dengan Sang Pencipta sebagai Sumber Kehidupan kita.
Ada cerita menarik mengenai buah kurma yang rasanya manis sekali. Kenapa bisa begitu?
Menurut cerita, pohon kurma ditanam di padang pasir. Bijinya ditaruh di kedalaman 2 meter kemudian ditutup dengan 4 lapisan. Sebelum pohon kurma tumbuh, maka dia berakar begitu dalam sampai kemudian menembus 4 lapisan tersebut dan menghasilkan buah yang manis di tengah padang pasir. Begitu pula hendaknya kita; akan ada proses tekanan yang begitu hebat ketika kita menginginkan hasil yang luar biasa. Seperti perumpamaan pegas yang memiliki daya dorong kuat ketika ditekan.
2. Pohon Tidak Tersinggung Ketika Buahnya Dipetik Orang
Kadang kita protes, kenapa kita yang bekerja keras tetapi yang menikmati justru orang lain.
Ini bicara tentang prinsip memberi, di mana kita bukan bekerja untuk hidup, tetapi bekerja untuk memberi buah. Apa artinya?
Kita bekerja keras supaya kita dapat memberi lebih banyak kepada orang lain yang membutuhkan, bukan untuk kenikmatan sendiri. Cukupkan dirimu dengan apa yang ada padamu, tapi jangan pernah berkata cukup untuk memberkati orang lain dengan pemberian kita.
Pelajaran dari Warren Buffet seperti email yang mungkin pernah anda terima tentang kehidupannya. Beliau termasuk salah satu orang yang terkaya di dunia, tetapi kehidupannya mencerminkan kesederhanaan; dia masih tinggal di rumah yang sama seperti yang dia tinggali puluhan tahun lalu, masih menggunakan mobilnya yang lama, tetapi dengan kekayaannya yang berjumlah 35 Miliar USD dia berkomitmen untuk menyumbang 31 Miliar USD. Apakah itu membuatnya menjadi miskin dan lantas menderita? Justru tidak, sekarang kekayaannya justru bertambah-tambah banyak.
Berapa banyak dari kita yang sulit untuk menahan nafsu terhadap barang-barang bermerk, mobil-mobil mewah, atau… yang sederhana : HP?
3. Buah yang Dihasilkan Pohon itu Menghasilkan Biji, dan Biji itu Menghasilkan Multiplikasi
Ini bicara tentang bagaimana hidup kita memberikan dampak terhadap orang lain. Pemimpin itu bukan masalah posisi/jabatan, tapi masalah pengaruh dan inspirasi yang diberikan kepada orang lain.
Claudio Ranieri, mantan pelatih Juventus berkata bahwa Del Piero itu adalah pemimpin, walau ban kaptennya dicopot sekalipun dia tetap pemimpin. Jadi bukan mengenai ban kaptennya, tetapi lebih kepada pengakuan kepemimpinan itu sendiri. Jadi, bisakah kita menerapkan filosofi kehidupan pohon dalam kehidupan kita??
Pohon tumbuh besar dan menjadi kuat karena dimulai dari bawah, yaitu akar. Karena akarlah jadi alat pohon mencari makan untuk kelangsungan hidupnya. Akar berada di bawah mencengkram tanah, karena di sanalah tempat untuk tumbuh. Akarlah sebenarnya sumber kekuatan dari pohon agar tetap bisa tegak. Akar hanyalah organ pendukung pohon menjadi satu organisme tumbuhan. Masih ada organ lain yang menjamin kelangsungan hidup pohon tersebut, jika semuanya berlangsung dengan baik maka tumbuh baiklah ia.
Bila kita mau menebang pohon, andai saja anda menebang batang atau rantingnya atau meranggaskan daun-daunnya namun selama akarnya masih ada di dalam tanah, pohon itu akan punya daya untuk tumbuh kembali, hingga memunculkan ranting, dedaunan baru untuk tumbuh lagi.
Sebuah organisasi atau perusahaan saya analogikan sebagai seperti pohon. Bila ingin mendapatkan sebuah organisasi atau perusahaan yang solid mulailah perkuat akarnya. Akar seperti yang saya bilang adalah salah satu organ-organ penunjang kelangsungan hidup. Akar perusahaan atau organisasi adalah sumber daya manusianya.
Ketika sumber daya manusia dianggap penting sebagai organ-organ di dalam satu organisasi atau perusahaan, saya yakin pasti akan membuat organisasi atau perusahaan mampu tumbuh menjadi kekuatan. Pada nantinya akan memberi manfaat bagi orang lain di sekelilingnya, yaitu masyarakat.
Tetapi yang terjadi organisasi atau perusahaan yang menggunakan atau memahami filosofi pohon ini sangatlah jarang. Kalau pun mereka memahami dan tahu tetapi tidak menerapkannya. Karena yang terjadi adalah efek pemanfaatan saja. Sumber daya manusia ada untuk diperas sampai tidak lagi bisa menghasilkan untuk kemudian dibuang. Memang tidak ekstrim seperti itu, dan mereka pun sudah pasti tidak akan mengakui hal tersebut, karena yang terjadi ya disamarkan. Padahal ketika akar sudah tak lagi dianggap penting, lambat laut pohon itu akan tumbang, apalagi ketika terhempas angin besar, belum lagi tergerogoti hama dari dalam, tinggal tunggu waktu saja maka akan mati. Bila mati atau sampai tumbang, efeknya juga akan merugikan sekeliling dimana pohon itu tumbuh. Sama halnya dengan organisasi atau perusahaan yang tidak mengganggap penting sumber daya manusia sektor terbawah, yang bekerja di bawah untuk kelangsungan hidupnya. Setidaknya inilah yang harus dipahami pemilik atau manajemen.
Memperhatikan karyawannya agar hidup sejahtera adalah kunci awal untuk membangun pola hubungan yang solid. Hingga organ-organ yang ada bisa tumbuh bersama dan kuat bersama, sehingga berbagai tantangan dan ancaman yang datang dari dalam dan luar bisa dihadapi. Janganlah mengabaikan karyawan, karena maju mundurnya sebuah perusahaan ada juga peran dari karyawannya. Semoga bagi perusahaan yang masih menganggap karyawannya sapi perahan lekas sadar dan memulai perubahan, sebelum perubahan itu datang dipaksakan dari luar dan dalam, malah akan membuat efek yang tidak baik. Mari kita mulai belajar dari alam, bahkan dari sebuah pohon dapat memberi pelajaran yang positif.
Belajar Filosofi Hidup Dari Sebatang Pohon
1. Pohon Tidak Makan dari Buahnya Sendiri
Buah adalah hasil dari pohon, dari manakah pohon memperoleh makanan? Pohon memperoleh makanan dari tanah, semakin dalam akarnya berarti akan semakin mudah baginya untuk menyerap nutrisi lebih banyak. Ini berbicara tentang kedekatan hubungan kita dengan Sang Pencipta sebagai Sumber Kehidupan kita.
Ada cerita menarik mengenai buah kurma yang rasanya manis sekali. Kenapa bisa begitu?
Menurut cerita, pohon kurma ditanam di padang pasir. Bijinya ditaruh di kedalaman 2 meter kemudian ditutup dengan 4 lapisan. Sebelum pohon kurma tumbuh, maka dia berakar begitu dalam sampai kemudian menembus 4 lapisan tersebut dan menghasilkan buah yang manis di tengah padang pasir. Begitu pula hendaknya kita; akan ada proses tekanan yang begitu hebat ketika kita menginginkan hasil yang luar biasa. Seperti perumpamaan pegas yang memiliki daya dorong kuat ketika ditekan.
2. Pohon Tidak Tersinggung Ketika Buahnya Dipetik Orang
Kadang kita protes, kenapa kita yang bekerja keras tetapi yang menikmati justru orang lain.
Ini bicara tentang prinsip memberi, di mana kita bukan bekerja untuk hidup, tetapi bekerja untuk memberi buah. Apa artinya?
Kita bekerja keras supaya kita dapat memberi lebih banyak kepada orang lain yang membutuhkan, bukan untuk kenikmatan sendiri. Cukupkan dirimu dengan apa yang ada padamu, tapi jangan pernah berkata cukup untuk memberkati orang lain dengan pemberian kita.
Pelajaran dari Warren Buffet seperti email yang mungkin pernah anda terima tentang kehidupannya. Beliau termasuk salah satu orang yang terkaya di dunia, tetapi kehidupannya mencerminkan kesederhanaan; dia masih tinggal di rumah yang sama seperti yang dia tinggali puluhan tahun lalu, masih menggunakan mobilnya yang lama, tetapi dengan kekayaannya yang berjumlah 35 Miliar USD dia berkomitmen untuk menyumbang 31 Miliar USD. Apakah itu membuatnya menjadi miskin dan lantas menderita? Justru tidak, sekarang kekayaannya justru bertambah-tambah banyak.
Berapa banyak dari kita yang sulit untuk menahan nafsu terhadap barang-barang bermerk, mobil-mobil mewah, atau… yang sederhana : HP?
3. Buah yang Dihasilkan Pohon itu Menghasilkan Biji, dan Biji itu Menghasilkan Multiplikasi
Ini bicara tentang bagaimana hidup kita memberikan dampak terhadap orang lain. Pemimpin itu bukan masalah posisi/jabatan, tapi masalah pengaruh dan inspirasi yang diberikan kepada orang lain.
Claudio Ranieri, mantan pelatih Juventus berkata bahwa Del Piero itu adalah pemimpin, walau ban kaptennya dicopot sekalipun dia tetap pemimpin. Jadi bukan mengenai ban kaptennya, tetapi lebih kepada pengakuan kepemimpinan itu sendiri. Jadi, bisakah kita menerapkan filosofi kehidupan pohon dalam kehidupan kita??
Baiklah sekian dulu pembahasan saya tentang Kumpulan Pelajaran Hidup dari Sebatang Pohon, semoga bermanfaat.
Sumber : Internet
loading...
No comments:
Post a Comment