Secara sadar kita menyadari bahwa Allah-lah Penguasa segalanya. Namun, pada kenyataanya kita menyepelekan itu semua dengan mengabaikan berdoa, memohon kepada Allah. Menganggapnya tidak terlalu penting. Tidak sungguh-sungguh meluangkan waktu untuk memanjatkan doa.
Bahkan tidak jarang, dalam keadaan sulit pun kita hanya memanjatkan doa seperlunya. Kita juga tidak menunjukkan itikad keras untuk belajar memanjatkan doa.
Inilah sebetulnya bentuk kesombongan kita yang kita pendam di dalam alam bawah sadar kita. Tentu tidak pernah terbetik dalam diri kita untuk menandingi apalagi menantang kekuasaan Allah. Namun, dengan tidak pernah meminta, dengan hanya meminta seperlunya, dengan tidak meminta bantuan, kita sesungguhnya menunjukkan sikap tak bersahabat. Tidak berusaha menegur sapa Allah, Yang Mahakuasa.
Terkabul atau tidak doa kita, yang perlu diperhatikan adalah beberapa hal berikut.
Pertama, Allah Mahatahu atas segala urusan yang terdahulu, sekarang maupun akan datang. Allah juga Mahatahu apa yang terbaik dan terburuk bagi kita. Allah Mahatahu apa yang tampak dan tersembunyi bagi kita. Allah lebih mengetahui daripada diri kita sendiri. “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu,”demikian firman Allah yang tersebar di beberapa surat dalam Al-Qur`an.
Kedua, karena itu, kita harus menguatkan sikap husnuzhan kepada Allah mengenai hasil doa kita. Dikabulkan maupun tidak dikabulkan, Allah Mahatahu yang terbaik untuk kita. Di sini, kita harus mengendalikan hawa nafsu untuk tidak mengikuti perasaan bahwa kita 100 persen tahu apa yang terbaik untuk kita sendiri.
Ketiga, dikabulkannya permintaan kita tentang suatu hal bisa berlaku di dunia maupun di akhirat. Boleh jadi, doa kita tidak dikabulkan di dunia, namun digantikan oleh Allah di akhirat jika kita melakukan doa dengan ikhlas.
Keempat, ukuran untuk menentukan apakah doa kita dikabulkan atau tidak tetap merupakan kuasa Allah. Namun, kita harus tetap memanjatkan doa kepada-Nya tanpa putus. Pandangan kita tentang urusan kita sendiri boleh jadi salah, boleh jadi benar. Hal itu relatif. Sebaliknya, pengetahuan Allah tentang diri kita adalah mutlak benar.
Simak ayat berikut.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 216)
Demikian penjelasan yang disampaikan oleh Komarudin Ibnu Mikam dalam bukunya “Doa-doa Melejitkan Karier”. Buku terbitan QultumMedia ini memberikan sarana buat kita dalam memanjatkan doa kepada Allah secara baik dan benar. Tidak lupa, tentu saja juga agar dikabulkan sehingga segala hajat dan kebutuhan kita segera terlaksana.
Sumber : qultummedia.com
loading...
No comments:
Post a Comment